Jenis Vaksin COVID-19 yang Digunakan di Indonesia

by wildan ardi ansyah (27.08.2022)

Email Reply

Vaksinasi bertujuan untuk membangun sistem kekebalan tubuh guna melawan penyakit, salah satunya COVID-19. Di Indonesia sendiri, program kesehatan ini telah melibatkan beberapa jenis vaksin COVID-19 yang telah teruji dan disetujui penggunaannya.

Sebelum diberikan kepada masyarakat, keamanan dan efek samping vaksin COVID-19 harus diuji untuk mengetahui apakah vaksin tersebut efektif dan aman untuk digunakan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap sepuluh jenis vaksin COVID-19 di Indonesia.

Setiap jenis vaksin COVID-19 memiliki mekanisme pemberian yang berbeda, mulai dari dosis, interval pemberian, hingga efek samping pascavaksinasi yang bisa ditimbulkan. Adapun, platform atau tipe vaksin tersebut juga berbeda-beda, bisa berupa virus yang telah dimatikan (inactivated virus), berbasis RNA, viral-vector, dan sub-unit protein. Berikut ini perbedaan dari masing-masing jenis vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia.

1. Vaksin Sinovac

Vaksin CoronaVac atau lebih sering disebut vaksin Sinovac adalah sebuah vaksin COVID-19 yang berasal dari virus yang telah dimatikan (inactivated virus). Materi genetik virus yang telah dihancurkan tidak bisa membuatnya memperbanyak diri. Akan tetapi, sisa-sisa virus ini tetap bisa mendorong sistem imun untuk membentuk kekebalan terhadap infeksi. Vaksin Sinovac direkomendasikan untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Dosis vaksin 0,5 ml akan diberikan sebanyak dua kali dengan interval 14–28 hari setelah dosis pertama.

2. Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca merupakan vaksin COVID-19 bertipe vektor adenovirus non-replikasi (non-replicated viral vector). Materi genetik SARS-CoV-2 akan dikemas dalam virus lain (umumnya adenovirus penyebab flu) untuk menghasilkan antigen dan memicu respons kekebalan tubuh.

Jenis vaksin COVID-19 yang umum digunakan di Indonesia ini diberikan dalam dosis 0,5 ml sebanyak dua kali dengan interval 8–12 minggu setelah dosis pertama. Efek samping umum yang dirasakan setelah pemberian vaksin AstraZeneca di antaranya nyeri pada area suntikan, keletihan, meriang, sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, dan nyeri sendi.

3. Vaksin Moderna

BPOM juga menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 Moderna dari ModernaTX, Inc. berbasis messenger RNA (mRNA) untuk diberikan kepada masyarakat Indonesia. Jenis vaksin dengan platform mRNA ini berisikan materi genetik virus yang memberikan instruksi kepada sel untuk memproduksi antigen SARS-CoV-2 sehingga tubuh membentuk respons imun.

Vaksin Moderna diberikan untuk orang berusia 18 tahun atau lebih. Dosis 0,5 ml akan diberikan sebanyak dua kali dengan interval 28 hari setelah dosis pertama. Adapun, efek samping yang umum dari vaksin COVID-19 ini meliputi pusing, mual, muntah, nyeri otot, nyeri sendi, keletihan, meriang, demam, dan sakit pada area suntikan.

4. Vaksin Sinopharm

Vaksin Sinopharm yang dikembangkan oleh Beijing Institute of Biological Products Co., Ltd juga telah mendapatkan emergency use authorization (EUA) dari BPOM. Salah satu pilihan vaksinasi COVID-19 di Indonesia ini menggunakan platform inactivated virus untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh tanpa risiko menyebabkan penyakit.

Jenis vaksin COVID-19 ini dianjurkan untuk orang berusia 18 tahun atau lebih. Pemberian dosis 0,5 ml dilakukan sebanyak dua kali dengan interval 21–28 hari setelah dosis pertama. Efek samping vaksin Sinopharm mungkin hanya memicu sakit kepala. Namun, sebagian orang bisa merasakan gejala demam, keletihan, mual, diare, nyeri otot, dan nyeri sendi.

5. Vaksin Pfizer

Selain Moderna, BPOM juga telah menyetujui vaksin Pfizer yang bertipe mRNA. Jenis vaksin ini dinilai memiliki tingkat efektivitas (efikasi) lebih tinggi, yakni di atas 90 persen. Vakin COVID-19 yang diproduksi Pfizer and BioNTech ini bekerja dengan cara menginstruksikan sel untuk memproduksi antigen SARS-CoV-2. Cara ini akan merangsang respons kekebalan tubuh terhadap virus.

Orang berusia 16 tahun atau lebih bisa menerima vaksin Pfizer. Adapun, dosis yang diberikan sebanyak dua kali dengan interval 21–28 hari setelah dosis pertama. Efek samping vaksin Pfizer di antaranya sakit kepala, nyeri pada area suntikan, nyeri otot, dan nyeri sendi. Gejala demam lebih sering terjadi setelah dosis kedua.

6. Vaksin Novavax

BPOM telah menyetujui vaksin Covovax, merek dagang lain dari vaksin Novavax yang dibuat oleh Serum Institute of India Pvt. Ltd. yang menggunakan platform sub-unit protein. Jenis vaksin COVID-19 bertipe sub-unit protein menggunakan protein coronavirus penyebab COVID-19 (SARS-CoV-2) yang diisolasi dan dimurnikan untuk memicu respons imun.

Dosis vaksin ini diberikan dua kali dengan interval 21 hari setelah dosis pertama. Akan tetapi, vaksin ini tidak memperoleh persetujuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait kehalalannya. Dalam Fatwa MUI Nomor 10 Tahun 2022, disebutkan bahwa penetapan hukum haram vaksin Covovax disebabkan proses produksi yang memanfaatkan enzim dari pankreas babi.

Baca Juga : vaksin anak

7. Vaksin Sputnik-V

Vaksin Sputnik-V yang dikembangkan oleh Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology dari Rusia menggunakan platform non-replicated viral vector. Pemberian vaksin Sputnik-V yang memiliki efikasi 91,6% ini dilakukan dengan dosis 0,5 ml sebanyak dua kali penyuntikan dengan interval 21 hari setelah dosis pertama.

Beberapa efek samping ringan dan sedang yang dapat muncul antara lain nyeri pada area suntikan, nyeri otot, nyeri sendi, keletihan, sakit kepala, demam, dan menggigil. Kendati efektif, jenis vaksin COVID-19 yang rencananya akan digunakan di Indonesia ini belum dimasukkan ke dalam program vaksinasi pemerintah hingga saat ini.

8. Vaksin Janssen

Vaksin Janssen yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceuticals Companies of Johnson & Johnson juga merupakan tipe vaksin COVID-19 non-replicated viral vector. Jenis vaksin COVID-19 ini menggunakan adenovirus (Ad26) sebagai pembawa antigen SARS-CoV-2. Setelah disuntikkan, vaksin akan merangsang terbentuknya antibodi dalam tubuh.

Berbeda dibandingkan vaksin lain, vaksin Janssen hanya diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml untuk orang dewasa berusia 18 tahun dan lebih. Sejumlah efek samping yang sangat umum seperti sakit kepala, mual, kelelahan, nyeri otot, dan nyeri pada area sekitar suntikan.



This website uses cookies

You consent to our cookies if you continue to use our website.

About Cookies